Satu-satu aku sayang ibu,
Dua-dua juga sayang ayah
Tiga-tiga sayang adik kakak
Satu, Dua, Tiga sayang semuanya
Pernah dengar lagu seperti yang IG tulis diatas ? Ya...lagu yang sangat sering diperdengarkan saat kita masih kecil dan sampai sekarangpun lagu ini masih membahana di RA/TK se Indonesia. Tetapi pernah tidah muncul pertanyaan didalam benak sahabat IG makna dari lagu tersebut ?
Assalamu'alaikum sahabat keluarga,
Terkadang tanpa kita sadari jika sebuah syair ataupun lagu memiliki makna yang luar biasa tetapi bagi sebagian orang syair yang ditulis oleh sang pencipta lagu adalah sekedar ungkapan hati yang mungkin saja tidak memiliki makna dan bahkan biasa-biasa saja. Tidak ada yang pernah tahu jika seorang pencipta lagu (syair) sangat mengharapkan jika penikmat lagu dapat mendalami makna yang terkandung didalam syair yang dibuatnya. Jika boleh memprosentasekan kira-kira 40% dari penikmat syair yang sangat ingin memaknai sebuah karya cipta dari kandungn isinya, sisanya hanya berpendapat "yang penting aku terhibur." Tak beda jauh dengan kutipan lagu diatas, iya... sebuah lagu yang sering kita dengar, bahkan anak-anak kitapun sering menyanyikan dan kita hanya memaknai lagu tersebut sebatas pembelajaran bagi anak.
Sepintas lalu sesaat sebelum tulisan ini ditulis mas IG sebenarnya bingung dan merasa galau karena kehabisan bahan untuk mengangkat tema tulisan hari ini. Samar-samar terdengar putri mas IG (Alya) menyanyikan lagu tersebut diatas dan sejenak mas IG berfikir untuk mengangkatnya kedalam sebuah tulisan dan....jadilah tulisan ini. Baiklah sekarang kita kembali ke bahasan utama tentang makna dari lagu diatas.
Secara harfiah lagu diatas mengajarkan dan mengabarkan pada anak-anak kita untuk selalu menyayangi keluarga tanpa terkecuali. Makna lainnya dari lagu ini adalah makna yang ditinjau dari segi spiritual. Mari kita bahas dari segi spiritual.
Pada baris pertama ini berbunyi "satu-satu aku sayang ibu" mengapa kata IBU diletakkan diawal syair ini ? Dan mengapa bukan Ayah ? Bukankah Ayah adalah tulang punggung sekaligus kepala keluarga ? Bahasan kali ini sebenarnya sudah mas IG tuliskan di artikel lain di blog ini. Karena begitu banyaknya keutamaan seorang ibu maka bukan tidak mungkin sang pencipta lagu memposisikan kata IBU diawal penulisan syair lagu tersebut. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang mana bagi seorang anak kita wajib meletakkan nama ibu pada posisi pertama lalu nama ayah.
Baris kedua dari lagu ini adalah "Dua-dua juga sayang ayah" kata Ayah disini diletakkan pada baris kedua yang secara gamblang kita pasti sudah tahu jawabannya baik secara harfiah ataupun dari segi spiritual. Bukan berarti sebagai seorang anak mengabaikan perintah ayah. Bagaimanapun juga posisi ayah dalam keluarga adalah pelindung. Jika dianalogikan seperti berikut ini :
Baca Juga
Ibarat sebuah bangunan, maka seorang ayah adalah rumah yang memberikan perlindungan bagi seluruh anggota keluarganya dan seorang ibu sebagai pondasi dari bangunan itu sendiri. Jika pondasi yang dibangun tidak kokoh maka sangat mungkin rumah yang ditempati akan hancur luluh lantah rata dengan tanah. Maka tepatlah jika islam mengabarkan pada kita "seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya" Ayah disini apakah hanya sebagai pelindung bagi keluarganya ? Jawabannya sederhana...... "TIDAK" Peran seorang ayah jauh melebihi itu. Hakikat seorang ayah selain sebagai pelindung juga sebagai sosok yang bertanggung jawab penuh terhadap keberadaan keluarganya di dunia dan kelak di Akhirat. Jika sedemikian penting peran seorang ayah lalu mengapa diletakkan pada posisi kedua setela ibu ? Pertanyaan semacam ini tidaklah bisa ditinjau dari segi seni tetapi haruslah dijawab dengan Iman dan Islam. Perlu dipahami dulu, esensi dari seorang ayah !!! Ayah diletakkan nomor dua bukan berarti ayah tidak memiliki peran yang penting tetapi disini NABI SAW hanya berpesan jika seorang anak sebaiknya menghargai seorang ibu yang telah bertaruh nyawa untuk menghadirkan si anak ke dunia ini tidak sampai disitu saja seorang ibupun memiliki tanggung jawab yang tidak kalah penting yaitu menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Karena sebagai pondasi layaklah jika seorang ibu harus kokoh dan kuat agar tidak runtuh bangunan yang sudah susah payah didirikan. Jika memang pondasi sudah mulai goyah, dinding-dinding rumah mulai rapuh disinilah tugas seorang ayah untuk memperbaikinya agar rumah yang didiami menjadi hangat dan nyaman bagi keluarga. Untuk itulah kata ayah ini diletakkan pada baris kedua karena seorang ayah memiliki tugas untuk meluruskan /membenarkan jalan yang lalai baik dari ibu ataupun anak-anaknya.
Pada baris selanjutnya dari lagu diatas berisi "Tiga-tiga sayang adik kakak" Bagi mereka yang memaknai secara sederhana mungkin berpendapat sebatas menyayangi saudara sekandung, yaa... itu sah-sah saja tetapi perlu dipahami jika makna diatas mungkin saja bisa dimaknai sayang kepada sesama atau lebih spesifik kepada saudara yang seiman.
Kesimpulan :
Allah telah menganugerahi senjata maha dahsyat dan itu hanya bagi manusia, yaitu Akal dan Nafsu. Dan senjata inilah yang jika manusia tidak dapat menggunakan dengan baik maka akan jadi orang yang merugi sepanjang hidupnya. Dan melalui akal inilah manusia dapat berfikir melalui imajinasinya untuk menciptakan sebuah karya yang dimana ada dua pilihan, "karya yang bermanfaat bagi orang lain ataukah karya yang dapat menghancurkan orang lain" Inilah nafsu!!!
Ini sebatas opini yang mungkin juga salah disebagian pandangan orang, tetapi bagaimanapun syair lagu diatas bukan syair yang tercipta tanpa pemikiran dari sang penulisnya.
Beri Komentar Tutup comment