INFO GHAZI

Izinkan Aku Mendidik Mereka Dengan Caraku


Sebenarnya aku bukanlah guru. Hanya karena ada beberapa anak yang belajar kepadaku, orang-orang kemudian menyebutku guru. Mereka belajar di sekolah dan kadang di rumahku yang sangat sederhana. Ilmu yang mereka pelajari hanya ilmu dasar yang sekadar bisa untuk menjalani kehidupan secara wajar.

Assalamu'alaikum sahabat Madrasah,
Aku memiliki cara sendiri untuk mendidik mereka yang menurutku benar dan itu hanya sekedar menurutku bukan menurut dia, mereka, dan orang sekitarku. Mungkin bagi sebagian orang yang melihat caraku mendidik dinilai kolot, ketinggalan zaman, dll. Tetapi aku tetap tak peduli. Karena bagiku, siapa pun yang ingin mendidik anak, haruslah yakin jika itu baik dan benar karena aku memiliki prinsip dan pendirianku sendiri sehingga aku yang dianggap guru oleh mereka tidak terombang-ambing oleh pengaruh dari luar yang belum tentu benar.

Pola didikku seperti berikut ini yang aku terapkan pada anak didikku jika di kelas.
Setelah baris dan masuk kelas tidak lantas memulai proses pembelajaran, aku masih harus mengajak mereka membaca 1 (satu) sampai 10 (sepuluh) ayat Al Quran jika selesai aku berusaha memberikan motivasi kepada mereka yang aku rangkai didalam sebuah cerita, entah cerita tentang para Nabi dan Rasul ataupun cerita klasik Negeri ini setelah kurang lebih 30 (tiga puluh) menit sampai 45 (empat puluh lima) menit berlalu aku masih juga belum masuk dalam proses belajar mengajar karena aku tahu mereka yang aku hadapi adalah anak-anak yang sangat aku sayangi pola pikir mereka masihlah terlalu dini jika diajak serius dengan intens.

Tahap berikutnya aku mengajak mereka untuk bermain setidaknya dapat menghilangkan kejenuhan mereka saat awal kelas dimulai. Setelah 15 menit berlalu dengan permainan saatnya aku memberi materi kepada mereka sesuai dengan RPP (Rencana pelaksanaan pembelajaran) yang aku buat dirumah. Selesai materi yang aku berikan aku tidak langsung memberikan soal pada mereka karena aku akan selalu berupaya untuk menerapkan peer education (pendidikan sebaya) mereka yang sudah bisa dan memahami materi mengajari temannya yang belum bisa, karena aku yakin jika metode ini cukup berhasil dan materiku pasti tersampaikan, jika selesai seluruhnya barulah kuberi soal yang kuantitas sedikit (jumlah soal) dengan kualitas yang aku upayakan sesuai dengan materi dan usia mereka serta kondisi kelasku. Karena aku yang lebih memahami anak didikku. Dan inilah yang aku yakini.

Sebelum bel istirahat berbunyi aku mengajak mereka untu bermain kembali untuk me-refresh (menyegarkan) otak yang jenuh karena materi dan soal, mereka senang, gembira dan ceria terlebih lagi aku, yaaa... aku senang jika mereka bahagia. Selesai istirahat aku lanjutkan dengan materi berikutnya, 2 (dua) jam pelajaran berlalu tanpa terasa. Kelasku mulai gaduh dan ramai, apakah aku marah sambil memukul meja ? Tidak...mereka adalah anak-anakku yang aku sayangi terwujudnya impian mereka adalah kebangganku sebagai manusia yang berguna karena ilmu yang aku berikan membawa manfaat bagi mereka. Aku hanya memandangi mereka sambil sedikit senyum dan dengan sendirinya kelas mulai tenang kembali. Prinsipku adalah jika seorang anak dididik dengan kelemahlembutan maka mereka akan lebih menghargai dan menghormati kita. Dan inilah yang aku yakini.

Saatnya masuk Shalat Dhuhur, aku mengajak mereka untuk berwudhu dan bersiap untuk menunaikan ibadah Shalat Dhuhur, lalu  dengan lugunya mereka bertanya "pak, siapa yang jadi imamnya ?" Aku pandangi mereka semua dan berkata "hari ini jadwalnya pak Wahyu yang jadi imam shalat" Mereka bergegas berjalan, ada juga yang berlarian menuju mushala Madrasah. Mereka anak-anakku, anak-anak yang aku didik dengan caraku, bagiku mereka lebih dari sekedar murid di kelasku, bahkan jauh melampaui itu. Mereka adalah anak-anak yang akan menghantarkan keberkahan dan ridho Allah bagi diriku, madrasahku dan negeriku. Dan inilah yang aku yakini.

Selesai shalat, mereka masuk kelas dan siap mengikuti materi berikutnya, sebelum memulai materi aku mengajak mereka untuk bermain sekali lagi, "horeeeeee...." Teriakan mereka membuat aku semangat untuk mengajak mereka kedalam education games (permainan yang mendidik) hanya butuh waktu 10 (sepuluh) menit untuk menyelesaikan permainan yang kita lakukan bersama. Mereka ceria tentu saja aku bahagia. Aku hanya berharap mereka anak-anakku "BISA KARENA MEMANG BISA, BUKANNYA BISA KARENA TAKUT." Dan inilah yang aku yakini.

Baca Juga

Waktu menunjukkan pukul 12.45 WIB, sebelum bel pulang berbunyi aku mengajak mereka untuk membaca doa, dan memberikan mereka cerita yang aku selipkan pesan-pesan moral, tentunya menggunakan gaya bahasa mereka. Selesai bercerita didalam kelas, aku selalu meminta pesan dan kesan mereka selama belajar dalam satu hari ini. Ada yang bilang "capek", "mengantuk" dan ada juga yang mencubit pipiku, katanya "aku gemes...sama bapak" Apakah aku marah ? Tidak...sekali lagi aku tidak akan memarahi mereka. Aku hanya bisa berusaha mengimbangi candaan dan gaya bahasa mereka tetapi dengan caraku sendiri. Aku tahu sikap dan sifat mereka adalah sifat dan sikap yang masih sangat polos yang bukan untuk dimarahi, terlebih lagi memukul. Selesai mengutarakan pesan dan kesan, merekapun dengan rapi...satu persatu keluar kelas dan pulang menuju rumah dan bertemu dengan keluarga mereka, akupun demikian. Inilah caraku mendidik mereka, anak-anak yang aku sayangi, anak-anak yang kelak menjadi penerus Islam dan bangsa ini. Dan inilah yang aku yakini maka Izinkan Aku Mendidik Mereka Dengan Caraku.


Attention, please: All advertisements on this site are entirely from the service of the ad provider, if there are advertisements that are not polite or not pleasing to be displayed then it is beyond our control, Please be treated wisely. Please Read Privacy Policy

Beri Komentar Tutup comment

Disqus Comments