INFO GHAZI

Keterbukaan Anak dengan Orang Tuanya


Istilah sekarang kita mengenal kata "curhat" walaupun kata ini tidak masuk dalam KBBI tetapi sudah melekat dalam kosakata masyarakat saat ini. Kata ini sangat dibutuhkan oleh kita sebagai orang tua dan bagi anak-anak. Kata ini juga sebagai jembatan kedekatan kita dengan anak-anak dan kata ini pula yang akan selalu menjadi alat penghancur tembok pembatas anatara kita dan anak-anak. Keterbukaan anatara kita dan anak-anak adalah langkah yang baik untuk menjalin komunikasi dua arah di dalam keluarga khususnya dengan anak-anak kita.

Assalamu'alaikum sahabat anak,
Pada zaman yang serba teknologi ini, anak-anak lebih intens dengan yang namanya gadget. Mereka mencurahkan seluruh keluh kesah melalui media sosial. Walaupun sebagai orang tua kita sadar jika ini adalah hal yang tidak baik tetapi tetap diam adalah sikap kita. Dengan sikap seperti itu maka anak-anak lambat laun akan menanggalkan kepercayaan mereka kepada kita sebagai orang tua. Ajarkan pada mereka jika menulis apapun di media sosial janganlah bersifat pribadi. Berikan pemahaman pada mereka dengan bahasa yang santun agar mereka tidak tersinggung. Ini adalah dua langkah awal untuk membentuk komunikasi yang baik dengan anak-anak kita.

Sebagai seorang anak yang memiliki dan mengenal hak dan kewajiban mereka dan telah menyerap berbagai macam informasi dari dunia luar maka tidak semua anak dapat terbuka dengan orang tuanya. Misalnya seperti pertengkaran dengan temannya di sekolah, mendapat nilai yang tidak bagus, dll.

Seperti yang mas IG sebutkan diatas jika kata "curhat" penting bagi kita dan anak-anak.  Bagi kita orang tua, kita akan dapat mendengarkan seluruh persoalan yang sedang dihadapi anak-anak dan dapat mencari solusi terbaik untu persoalan mereka. Selain itu dengan mendengar curhatan anak-anak, kitapun dapat memantau tumbuh kembang anak dan mengarahkan emosional mereka agar lebih stabil. Sedangkan bagi anak-anak, mereka akan merasa lebih diperhatikan. Perasaan puas yang didapatkan dengan adanya tempat untuk menceritakan segala keluh kesah mereka.

Seorang penulis buku  "Nurturing Good Children Now" memberikan beberapa tips untuk membuat anak-anak terbuka dan terlibat percakapan aktif dengan orang tuanya. Berikut ini tipsnya yang mas IG ambil dari buku karya Dr. Ron Taffel, Ph.D.

  1. Mengobrol di sela-sela kegiatan
  2. Memahami kebiasaan komunikasi anak
  3. Tunjukan ketertarikan dari awal hingga akhir
  4. Respon emosional
  5. Mulai dari diri kita
  6. Bagian Penutup

1. Mengobrol di sela-sela kegiatan
Abun (ayah bunda) merasa sulit membuat anak abun mau bercerita? Mungkin karena ia merasa kurang nyaman mendapat pertanyaan dari abun yang terkesan formal dan sangat kaku. Abun berpikir bahwa mengobrol dengan anak adalah hal yang sangat serius sehingga harus dilakukan dengan cara saling menatap mata. Orang tua mungkin berdalih saat menatap mata anaknya, mereka bisa mendapati apakah anaknya jujur atau berbohong.

Padahal, abun perlu tahu bahwa beberapa orang merasa terintimidasi dengan perbincangan saling tatap mata. Mengobrol di sela kegiatan seperti saat abun sedang menyetir untuk mengantar-jemputnya sekolah, saat sedang masak bersama, atau saat sedang makan bisa membuat suasana lebih cair. Anak-anak pun jadi lebih leluasa bercerita pada abun.

2. Memahami Kebiasaan Komunikasi Anak
Kunci keterbukaan adalah tidak mengubah apa yang tidak bisa diubah. Ya, anak-anak memiliki kebiasaan komunikasi yang bisa dikatakan sulit diubah. Bila anak-anak adalah tipe anak yang aktif berbicara di pagi hari, maka manfaatkan kesempatan emas ini untuk berbicara dengannya. Namun, jangan lakukan bila anak-anak adalah seorang yang sangat mudah kacau konsentrasinya bersiap-siap di pagi hari. Mengajaknya mengobrol hanya akan merusak mood-nya.

Abun juga perlu tahu kebiasaan anak menjawab pertanyaan. Ada anak yang membutuhkan waktu untuk berpikir sebelum menjawab. Ketika dia diam, bukan berarti dia tidak mau terbuka. Maka jangan dicecar dan beri ia waktu. Bila anak-anak adalah seseorang yang sangat serius sebelum semua pekerjaannya selesai, cobalah untuk mengajaknya bicara sebelum ia tidur saat semua tugas sudah ia rampungkan.

3. Tunjukan Ketertarikan dari Awal Hingga Akhir
Saat ia bercerita, selalu fokus pada ceritanya dari awal hingga akhir. Setelah selesai, beri pertanyaan seperti, “Terus gimana?” “Apa yang terjadi selanjutnya?” atau “Siapa akhirnya yang bisa melakukannya?” sebagai pertanda bahwa abun tertarik dengan ceritanya. Ini membantu anak merasa didengarkan dan tertarik untuk bercerita lagi pada abun di lain waktu.

4. Respon Emosional
Tanggapi anak-anak dengan emosi yang nyata. Abun bisa melakukan gerakan seperti menganggukkan kepala, mengernyitkan dahi, merenung, atau menyebut kembali emosinya untuk memvalidasi perasaannya. Mereka akan suka bila mendapat respon seperti, “Hmm, Mama tahu kamu pasti kesal sekali, ya?”. Puji juga mereka atas hal baik yang mereka lakukan seperti, “Wah, kamu mengatakan itu untuk membela temanmu yang diusili kakak kelas? Mama/Papa tersentuh sekali dengan kalimatmu.” Ketika anak-anak merasa perasaannya bisa dipahami, akan lebih mudah bagi mereka untuk terbuka.

5. Mulai dari Diri Kita
Untuk membuat anak-anak terbuka, tak harus dimulai dengan memberi mereka pertanyaan untuk dijawab. Abun bisa menceritakan tentang hari-hari yang kita jalani terlebih dulu. Ceritakan saja bahwa hari ini pimpinan di kantor memarahi kita dan kita bertengkar dengan rekan sekantor. Itu mungkin terdengar sebagai sesuatu yang negatif. Namun, orang tua juga punya masalah dan tak selalu sempurna. Justru, itu akan membuat anak lebih yakin untuk terbuka. Mereka akan menceritakan hari-hari mereka juga seperti bertengkar dengan teman dan masalah lainnya.

Baca Juga

6. Penutup
Setelah anak-anak bercerita, abun bisa memberikan saran. Namun berhati-hatilah dalam melakukannya. Cobalah mengatakannya dengan singkat dan bijaksana. Hindari kesan menggurui dan bicara terlalu lama. Itu justru membuat mereka jengah untuk bercerita lagi. Yang perlu diperhatikan adalah abun hanya cukup memberikan saran saja, bukan membuat keputusan. Biarkan ia menemukan cara sendiri untuk menyelesaikan konfliknya sendiri. Saran yang menyentuh atau memenuhi kebutuhannya akan membuatnya selalu berpikir untuk datang pada kita tiap ada masalah.

Demikian post hari ini sahabat anak, semoga memberi dampak yang baik bagi kita untuk selalu siap menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kita.


Attention, please: All advertisements on this site are entirely from the service of the ad provider, if there are advertisements that are not polite or not pleasing to be displayed then it is beyond our control, Please be treated wisely. Please Read Privacy Policy

Beri Komentar Tutup comment

Disqus Comments