INFO GHAZI

Menulis dengan Tangan dan Hati


Menulis dengan Tangan dan Hati
Allah memberikan kelebihan pada manusia yang dikehendaki-Nya. Kembali kepada diri manusia itu sendiri, mau memaksimalkan potensinya atau tidak. Nasib seseorang bergantung pada,... bagaimana usaha dan doa kita untuk merubahnya, sisanya adalah hak prerogatif Allah.

Assalamualaikum sahabat pena,
Hari ini mas IG mendapatkan pelajaran yang cukup berharga, pelajaran yang tidak akan terlupakan sampai akhir hayat mas IG, Insha Allah. Saat mendampingi kawan-kawan dari Forum Surabaya Menulis untuk memberikan pelatihan menulis bagi para guru-guru TK se - Surabaya mas IG disentil dengan sesuatu yang membuat mas IG terharu, bangga sekaligus iri. Terharu karena melihat kegembiraan seorang peserta pelatihan yang begitu tulus saat bercerita tentang "Apa saja yang beliau lakukan saat didalam kelas" Bangga karena semangat yang beliau miliki untuk mendidik siswa siswinya dan iri karena keikhlasan yang ada dalam hatinya.

Sebut saja ibu Yanti, beliau seorang guru TK di Surabaya, usia memang sudah tidak muda lagi tetapi semangat, keikhlasan dan kecintaan terhadap anak didiknya membuat semua orang bertanya tanya "Apa yang membuat beliau begitu semangat dan ikhlas dalam menjalankan profesinya sebagai seorang guru?"

Sebelum kegiatan dimulai, para peserta diminta untuk bercerita tentang pengalaman saat mengajar dikelas. Dari sekian cerita dari peserta, hanya cerita dari ibu Yanti ini yang membuat guru-guru muda terdiam seribu bahasa. Betapa tidak, ibu Yanti yang usianya yang sudah mendekati enam puluhan masih tetap bersemangat untuk mendidik siswa-siswinya. Sahabat mau dengarkan ceritanya ? Begini kisah singkatnya ......

Ibu Yanti yang seorang guru TK di kota Surabaya. Beliau hanya memiliki 1 (satu) orang putra yang telah menikah dan dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik. Sang cucu sekarang tinggal bersama ibu Yanti, putranya sudah lama meninggal sedangkan ibu dari cucunya menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Malaysia. Setiap pagi ibu Yanti pergi ke pasar yang jaraknya tidak seberapa jauh dari rumahnya untuk beli dan menyiapkan sarapan pagi bagi cucunya, kegiatan ini dilakukan setelah shalat subuh tiap harinya. Di pagi yang sama juga beliau selalu antar cucunya ke sekolah, barulah beliau berangkat mengajar di TK yang kata temannya sudah 45 (empat puluh lima) tahun mengabdi. Berangkat naik becak saat mengantar cucunya, dari sekolah cucunya, beliau berjalan kaki menuju TK yang jaraknya kurang lebih 700m, itupun dilakukan tiap hari tanpa mengeluh dan jenuh. Bagi ibu Yanti aktivitas pagi seperti ini sudah menjadi hal yang biasa dan menyenangkan. Sesampainya di TK tempat beliau mengabdi, waktu sudah menunjukkan Pk. 07:00 WIB. Pemandangan yang sudah menjadi santapan harian di pagi hari bagi kawan-kawannya yang seprofesi di TK.

Ibu Yanti sesuai dengan tugas yang beliau emban memiliki motto "anak didikku adalah harapan bangsaku" motto yang tidak dimiliki oleh guru-guru muda atau mas IG menyebutnya "guru-guru zaman now." Kecintaan beliau terhadap profesinya sebagai seorang guru telah dibuktikan dengan pengabdian yang tiada henti pada TK. Kenapa beliau mampu bertahan sampai sekarang dan mampu membiayai putranya (alm) sampai masuk disalah satu universitas ternama di Surabaya ? Berkah, iya berkah yang dia dapatkan dari jerih payahnya sebagai seorang pendidik inilah yang menjadi keyakinan terkuat dan terus dipegang sampai saat ini. Ketika ditanyakan kepada beliau "apa motivasi beliau mengikuti pelatihan ini ?" Beliau menjawab dengan penuh semangat dan terlihat dengan jelas di wajahnya kegembiraan yang tiada hentinya dan dibarengi dengan senyuman yang tulus. "Umurku boleh tua tetapi semangat baca buku dan menulis tidak akan pudar sampai akhir hayatku, jika mereka yang muda bisa mengapa aku tidak ?" jawab beliau dengan semangat yang membuat seisi kelas riuh karena tepuk tangan dari audience. Inilah yang membuat mas IG bangga, iri dan sekaligus terharu dengan segala yang beliau miliki.

Bukan harta yang melimpah, bukan jabatan yang tinggi dan bukan pula popularitas yang beliau inginkan tetapi ilmu. Hanya belajar, belajar dan belajar yang ada didalam benaknya. Ibu Yanti adalah sosok yang tak kenal lelah untuk belajar dan mengajar. Beliau memang hanya seorang yang sudah tidak mudah lagi, beliau juga hanya guru TK yang bagi sebagian orang dipandang sebelah mata, tetapi beliau adalah wanita tua, guru TK yang memiliki gelar akademik yang tidak kalah dengan anak muda sekarang, ini yang membuat mas IG iri. Gelar akademik yang beliau sandang antara lain  :
Lulusan S1 Psikologi tahun 1995 dengan gelar S.Psi
Lulusan S1 Pendidikan tahun 1999 dengan gelar S.Pd
Lulusan Pascasarjana tahun 2001 dengan gelar M.Pd
Lulusan Pascasarjana tahun 2004 dengan gelar M.Si

Ada pernyataan beliau yang membuat mas IG benar - benar merasakan sentilan sampai mas IG tidak bisa ngomong apa-apa lagi, ini pernyataan beliau yang masih terekam jelas dibenak mas IG.

Menuntut ilmu bukan dengan kecerdasan yang kita miliki saja tetapi juga dengan hati yang ikhlas, begitupun dengan pelatihan ini, bagiku menulis itu dengan tangan dan hati. Agar ilmu yang kita hasilkan adalah ilmu yang murni dari hati dan pikiran kita

Baca Juga

Ilmu tidak mengenal usia, ilmu tidak mengenal kaya atau miskin. Ilmu akan menjadi milik mereka yang mau belajar dan mengajar (berbagi). Ilmu tidak akan lepas dan pergi begitu saja jika kita memperolehnya dengan perjuangan yang maksimal. Akhir postingan ini mas IG sampaikan banyak terima kasih kepada ibu Yanti yang telah berbagi cerita kepada kami semua, terima kasih pula untuk inspirasi yang telah menghiasi semangat kami.


Attention, please: All advertisements on this site are entirely from the service of the ad provider, if there are advertisements that are not polite or not pleasing to be displayed then it is beyond our control, Please be treated wisely. Please Read Privacy Policy

Beri Komentar Tutup comment

Disqus Comments